top of page
HOME: Welcome

 A Pond is the Reverse of an Island
@ Biennale Jogja XVI, Roots <> Routes

Seniman partisipan dan pengelola proyek ‘A Pond is the Reverse of an Island’* antara lain: 

Anang Saptoto, Badan Kajian Pertanahan, Bakudapan Food Study Group, Fajar Riyanto, Mumtaz Khan Chopan, Sanne Oorthuizen and Alec Steadman (Bodies of Power / Power for Bodies), M. Sigit Budi Santoso and Rifandi Nugroho (Kelompok Kurator Kampung), Timbil Budiarto (Lifepatch - citizen initiative for art, science and technology).

 

Pameran di Biennale Joga juga melibatkan kontribusi dari:

Asadullah Amiri, Atifa Azizi, Write Bariirah, Morteza Haidari, Elina Mark, Nasrin Mohsini, Nori, Zico E. Pestalozzi, Hassan Ramazan Rateq, Bibi Sharifah and Warsan Weedhsan.

A Pond is the Reverse of an Island  adalah jaringan solidaritas kolektif yang bekerja dengan pengungsi di kamp pengungsi Kalideres di Jakarta dan pengungsi lainnya di seluruh Indonesia. Wadah ini terdiri dari seniman dan kolektif serta melibatkan aktivis, ahli hukum, dan komunitas lain untuk melakukan ‘aksi bersama’, dengan menggunakan strategi artistik untuk membedah dan mempelajari persoalan-persoalan pengungsi baik yang struktural hingga yang sifatnya keseharian. Selain itu platform ini juga digunakan sebagai tempat ‘berangan bersama’ dalam membayangkan masa depan alternatif terkait persoalan pengungsian dan kewarganegaraan. Kegiatan-kegiatan solidaritas di luar ruang pamer dan tidak dalam konteks karya seni sudah dilakukan A Pond... dimulai sejak Maret 2020 dalam berbagai bentuk dan format.

Untuk partisipasi kita dalam Biennale Jogja, A Pond mencoba menggunakan platform pameran dan festival seni rupa Biennale untuk dimanfaatkan sebagai alat mengamplifikasi serta menjaring berbagai bentuk solidaritas atas persoalan-persoalan pengungsi di Indonesia.

 

Bagaimana cara mendukung proyek kami?

Beberapa karya dalam pameran di Jogja Biennale menjadi elemen penggalang dana. Anda dapat membeli roti flatbread khas Afghanistan yang dimasak dalam oven Tannor sebagai karya seni (oleh Timbil dan Mumtaz); membeli zine berisi wawancara dan penelitian pangan( oleh Bakudapan); atau Anda bisa membayar untuk memainkan permainan arcade (oleh Fajar).

 

Seluruh uang yang kami galang selama pameran berlangsung akan digunakan untuk memberi bantuan berupa sekolah untuk 30+ anak yang tinggal dalam kamp pengungsi Kalideres (karena mereka tidak mendapatkan akses bersekolah dari pemerintah Indonesia).

 

Selain tiga proyek tersebut Anda juga dapat melakukan donasi DI SINI untuk mendukung pembiayaan sekolah komunitas. Berapapun jumlah donasinya sangat berarti untuk kami!

 

Terima kasih dan salam solidaritas,

Anggota A Pond is the Reverse of an Island* 

 

* Nama kami, ‘A Pond is the Reverse of an Island’, dikembangkan oleh seniman Malak Helmy (l. 1982, Alexandria, Egypt). Dengan hadirnya banyak utopia dalam sastra yang bertempat di kepulauan, Malak berspekulasi tentang kemungkinan hadirnya masyarakat baru yang tidak terisolir, zona aman di tanah yang dikelilingi oleh lautan, tapi juga sebagai ekosistem yang dikembangkan dengan baik: sebuah telaga (a pond).

A Pond is the Reverse of an Island
HOME: Who We Are

Dana solidaritas untuk komunitas pengungsi di Jakarta, Indonesia selama pandemi korona

Di kala banyak dari kita berdiam di rumah dan melakukan swa-isolasi, kami ingin meminta dukungan Anda untuk memenuhi kebutuhan hidup orang-orang yang tidak memiliki rumah sendiri dan yang kondisinya paling rentan. Khususnya, kami meminta dukungan Anda untuk membantu penyediaan kebutuhan dasar komunitas yang terdiri dari 230 orang pengungsi, yang tinggal di tenda-tenda di dalam sebuah gedung kosong di kawasan Kalideres, Jakarta, Indonesia. Komunitas ini bergantung sepenuhnya pada donasi ad-hoc, dan dengan krisis ini, selama kondisi penguncian wilayah (lockdown) Jakarta, mereka semakin kesulitan untuk bertahan hidup.

 

Sebagai timbal balik atas bantuan Anda, kami telah membuat buku mewarnai digital untuk anak-anak oleh Anang Saptoto yang bisa diunduh gratis di atas. Ceritanya berdasarkan kenyataan yang dihadapi komunitas pengungsi di Kalideres, dan dikembangkan sebagai bahan belajar di rumah, untuk dibagikan ke keluarga-keluarga di penjuru dunia yang berdiam di rumah selama pandemi coronavirus. Buku ini tersedia dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Persia. Dalam buku ini juga terdapat lembar informasi tentang situasi pengungsi di Indonesia untuk bacaan bagi para orang tua dan wali asuh.

 

Buku ini kami bagikan gratis, namun kami berharap Anda akan tergerak untuk berdonasi, sehingga komunitas di Kalideres dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makanan, listrik, produk-produk sanitasi dan obat-obatan, juga untuk membeli bahan-bahan yang memungkinkan mereka membuat sendiri pembalut yang dapat dipakai ulang dan penyediaan unit-unit penyaringan air bersih untuk minum. Setiap sedikit membantu.

 

Terima kasih banyak atas dukungan dan solidaritas kalian!


Alec Steadman, Anang Saptoto, Mumtaz Khan Chopan, Sanne Oorthuizen

 

N.B.

Kami ingin menerima foto-foto dari buku mewarnai yang digunakan dirumahaja. Kami akan mengunggah foto Anda ke galeri di website ini dan di Instagram kami. Jika mau berbagi foto Anda, silakah hubungi kami atau tag kami di Instagram:

 

@bodies_of_power

#supportkalideres

Cara Donasi

Kami menerima donasi melalui laman GoFundMe kami, PayPal, atau transfer bank ke akun BCA kami. Seluruh hasil donasi akan disalurkan langsung ke komunitas pengungsi di Kalideres.

Kami menyambut semua sumbangan dengan

penuh sukacita.  Setiap bantuan.

Sekecil apapun itu sangatlah berharga!

HOME: Get Involved

Rekening BCA (IDR)

Ikuti tautan ke laman GoFundMe kami untuk mengirimkan donasi dalam € Euro.

Nomor Rekening: 4451807760

Nama: Grace Samboh

Bank: BCA

Branch: KCP Katamso, Yogyakarta

Silakan gunakan cashtag: $pengungsikalideres

Ikuti tautan ke laman PayPal kami.

Latar Belakang

Tim Kerja

Platform penggalangan dana ini adalah inisiatif kolaboratif yang dikembangkan oleh Alec Steadman, Anang Saptoto, Mumtaz Khan Chopan dan Sanne Oorthuizen, bersama dengan komunitas pengungsi di Kalideres, Jakarta, Indonesia. 

Platform ini terhubung dengan ‘Danau Adalah Kebalikan Pulau’ (‘A Pond is the Reverse of An Island’), yaitu proyek seni yang akan “berpikir bersama” dan “bertindak bersama” dengan pengungsi di Kalideres dan beserta warga kampung di Jakarta. Proyek ini adalah bagian dari ‘Bodies of Power/Power for Bodies’ dan akan diselenggarakan pada 2020/2021, setelah pembatasan pandemi mereda.

Terima kasih khusus untuk Brigitta Isabella atas bantuannya menerjemahkan teks bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan ikut mengedit cerita. BRIGITTA LUAR BIASAAH (AMAZING)

Anang Saptoto adalah seniman, desainer dan aktivis yang tinggal di Yogyakarta, Indonesia. Praktik-praktik kolaboratifnya berfokus pada ekologi dan perubahan sosial. Ia merupakan co-direktur kolektif MES 56 dan aktif dalam berbagai jaringan solidaritas.

anangsaptotoworks.wordpress.com

connectingdesignstudio.wordpress.com

Mumtaz Khan Chopan adalah seorang seniman. Praktik lukis dan fotografinya bersandar pada kehidupan personalnya. Pada 2013, Mumtaz terpaksa meninggalkan kampung halamannya, Afghanistan, karena situasi perang dan diskriminasi. Sejak saat itu ia tinggal di Yogyakarta.

Bodies of Power/Power for Bodies adalah wahana kuratorial independen yang diinisiasi tahun 2018 oleh Sanne Oorthuizen dan Alec Steadman, yang mengeksplorasi peran sosial dan agensi politik praktik kebudayaan. 'Bodies of Power/Power for Bodies' berfokus pada seniman dan kolektif dari Indonesia dan luar negeri yang secara mendalam memikirkan ulang peran sosial seni, dengan bekerja sama dengan komunitas-komunitas melalui berbagai gerakan D.I.Y (Do It Yourself) masyarakat sipil.

Akan digunakan untuk apa dana yang terkumpul?

Ini adalah beberapa keperluan pengungsi yang akan didukung oleh donasi Anda:​
 

Rp 11.500.000: Makanan (termasuk susu untuk anak-anak) untuk komunitas selama 1 hari (berdasarkan hitungan IDR 50,000 per orang)

Rp 5.000.000: Air tanah selamah 1 bulan (tidak bisa diminum)

Rp 4.000.000: Listrik selama 1 bulan

Rp 3.000.000: Sabun, pasta gigi dan produk kebersihan pribadi untuk komunitas selama 1 bulan

Rp 450.000: 1 kit penyaringan air untuk air minum bersih (rencana kami adalah menyediakan 10 kit)

Pengungsi di Indonesia (unduh Lembar Informasi di sini)

Pengungsi di Indonesia
Saat ini ada sekitar 14,000* pengungsi yang tinggal di Indonesia. Para pengungsi di Indonesia berasal dari penjuru 45 negara, namun hampir setengahnya berasal dari Afghanistan*. Kerana Indonesia tidak menandatangani ‘Konvensi UN 1951’ tentang status pengungsi, maupun ‘Protokol 1967’, pengungsi tidak dapat mencari suaka atau diberikan izin tinggal tetap di sini.* Pengungsi di Indonesia berada dalam naungan UNHCR, badan PBB untuk urusan pengungsi. UNHCR melindungi pengungsi dari ‘refoulement’ (pemulangan paksa ke negara asal). UNHCR juga bekerja untuk menemukan negara pemberi suaka, atau menawarkan pengungsi untuk pulang jika kondisi di negara asal mereka sudah lebih aman*. Akan tetapi UNHCR tidak menyediakan bantuan untuk kebutuhan dasar. Karena negara-negara kaya melakukan perubahan kebijakan-kebijakan dalam urusan kepengungsian pada 2014 (termasuk Australia, negara tujuan bagi para pengungsi yang berusaha mencapainya lewat Indonesia), saat ini pengungsi semakin kesulitan mendapatkan suaka. Oleh karenanya, para pengungsi bisa menunggu di Indonesia sampai bertahun-tahun, atau bahkan berpuluh-puluh tahun. Sekama masa penungguan ini, mereka tidak mendapatkan legalitas untuk bekerja, mengakses sarana kesehatan publik, bersekolah, menikah atau memiliki hak kewarganegaraan.

 

Komunitas pengungsi di Kalideres

Pada 2019, sebanyak 1300 pengungsi mendirikan tenda-tenda di jalanan depan kantor UNHCR di Jakarta, mereka menyuarakan protes atas kondisi perjuangan hidup mereka yang terkatung-katung dalam mencari suaka. Setelah protes ini, pemerintah kota Jakarta menawarkan mereka tempat penampungan sementara di sebuah gedung tua bekas militer di Kalideres. Saat ini, 8 bulan kemudian, komunitas yang terdiri dari sekitar 230 orang masih tinggal di gedung tersebut. Mereka tidak memeroleh bantuan makan, minum, listrik, fasilitas pendidikan maupun kesehatan. Selama ini para pengungsi bertahan hidup dengan bergantung pada donasi ad-hoc dari orang-orang yang mengunjungi mereka. Dalam menanggapi situasi pandemi coronavirus, pemerintah kota dan UNHCR memberikan masker dan sabun untuk mereka. Akan tetapi para pengungsi masih belum mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan kondisi penguncian wilayah (lockdown) Jakarta, para pengungsi semakin kesulitan memeroleh bantuan ad-hoc dan donasi, yang biasanya menjadi satu-satunya pegangan untuk bertahan hidup. Mereka kini menghadapi krisis.

Data diperoleh dari website UNHCR.

HOME: What We Do

Hubungi Kami

 

Jika Anda memiliki pertanyaan, komentar, atau jika Anda tidak dapat memberikan donasi uang tunai, tetapi ingin mendukung platform solidaritas ini dengan cara lain, silakan menghubungi kami.

Anda dapat menghubungi kami menggunakan formulir kontak di sini, atau melalui detail di bawah ini:

publishingrefugeesolidarity@gmail.com

@bodies_of_power

www.facebook.com/bodiesofpower/

Terima kasih untuk pesan Anda!

HOME: Contact
bottom of page